Rakyat Kuba Berkabung, Trump Justru Mengancam

 

Matamatanews.com, NEW YORK – Saat rakyat Kuba berduka, presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump justru mengancam akan menghentikan kesepakatan antara AS dengan Kuba. Trump mengatakan, keputusannya itu tergantung pada keinginan pemerintah Havana untuk meningkatkan kesepakatan menjadi lebih baik bagi rakyat Kuba, warga Kuba yang tinggal di AS serta bagi AS sendiri.

Sementara itu, presiden Barack Obama telah mengupayakan pemulihan hubungan diplomatik kedua negara yang terputus sejak tahun 1961, pada masa Perang Dingin antara negara-negara komunis dan kapitalis dengan berkunjung ke Havana pada Maret 2016 silam, hingga dibuka kembali kedutaan besar di masing-masing negara. Dalam kunjungan bersejarahnya ke Kuba, Presiden Obama mengatakan perubahan akan terjadi di Kuba dan Presiden Raul Castro -adik Fidel Castro- memahaminya.

Jum’at (25/11/2016), Trump dengan mudah menulis pesan di akun Twitter-nya dan mengumbar ancamannya itu. Ketika ribuan warga Kuba antre untuk menyampaikan penghormatan terakhirnya kepada pemimpin revolusi Kuba, Fidel Castro, Trump justru menyampaikan ancaman, "Jika Kuba tidak membuat kesepakatan yang lebih bagi rakyat Kuba, warga Kuba atau AS, dan AS secara keseluruhan, saya akan menghentikan kesepakatan," tulis Trump.

Calon Presiden dari Partai Republik itu berjanji akan mengkaji kebijakan pemerintah Obama atas Kuba pada masa akhir kampanye. Padahal di masa awal kampanye dia pernah mengatakan tidak punya masalah dengan kebijakan atas Kuba. Dalam debat yang disiarkan CNN kala itu, Trump mengatakan "50 tahun sudah cukup, kawan-kawan," katanya. Namun, hanya beberapa jam setelah Fidel Castro dikabarkan meninggal dunia, Trump menyebut Fidel Castro sebagai seorang diktator yang brutal. [Did/Berbagai Sumber]

sam

No comment

Leave a Response