Pandemi COVID-19 Dan Penanganannya Menurut Ahli Virus Unsoed

 

Matamatanews.com, PURWOKERTO—Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19 ) menurut ahli virus Unsoed yang juga Doktoral dari Kanazawa University, Jepang Heny Ekowati,MSc.PhD.Apt. adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang disebut sebagai SARS-CoV-2. Menurutnya, WHO pada 10 Februari 2020  memberikan nama resmi untuk penyakit yang disebabkan oleh virus corona dengan nama COVID-19. Tujuannya adalah untuk menghindari stigma pada tempat, orang, atau hewan yang berhubungan dengan virus corona. ‘CO’  untuk CORONA, ‘VI’ untuk VIRUS dan ‘D’ untuk DISEASE.

Menurut Dosen di Jurusan Farmasi FIKES Unsoed ini Virus corona diidentifikasi pada tahun 1960, jenis virus  Enveloped-RNA positif. Mempunyai bagian seperti mahkota (Crown, Corona) yaitu bentuk seperti paku/duri di bagian permukaannya.  Pada umumnya ada di  hewan, seperti unta, sapi, kucing, dan kelelawar. Virus ini relatif sederhana dan tidak fatal.  

Heny,PhD yang juga ahli Imunologi (ilmu tentang imunitas dan kekebalan tubuh) mengatakan bahwa Novel Corona virus (nCoV) adalah virus jenis baru virus Corona. Struktur genetiknya tidak sama persis dengan tipe virus Corona lainnya. Keluarga yang sama dengan virus SARS dan MERS. Kesamaan genetiknya adalah sekitar 75-80% dengan virus SARS dan  96% dengan virus Corona pada kelelawar. Termasuk dalam keluarga Beta Corona Virus yaitu virus SARS-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome)-2 , virus SARS, virus MERS (Middle East Respiratory Syndrome), virus OC43 dan virus HKU1.

Virus mempunyai kemampuan untuk berpindah ke manusia (Zoonotic). Sumber penyebaran virus ini adalah  kelelawar, ular, dan  trenggiling.Virus SARS berasal dari kucing, sementara itu virus MERS berasal dari unta.

Wabah yang disebabkan oleh virus corona menurut Heny,PhD. di antaranya terjadi :

1. Pada tahun 2002 di China, yaitu wabah virus SARS. Case Mortality Rate nya adalah sebesar 15%  sebanyak 8.098 kasus dengan  jumlah kematian 774 jiwa.

2. Wabah yang lain terjadi pada tahun 2012, yaitu wabah oleh virus MERS di Arab Saudi. Case Mortality Rate nya adalah sebesar 37%  sebanyak 2.494 kasus dengan  jumlah kematian 858 jiwa,

3. Yang saat ini menjadi pandemik (ditetapkan WHO tanggal 13 Maret 2020) adalah wabah oleh virus novel Corona yang disebut sebagai COVID-19. Wabah berawal di Wuhan, Provinsi Hubei China pada Desember 2019. Berdasar laporan WHO tanggal 28 Maret 2020 tercatat lebih dari 630.000 kasus dan lebih dari 29.000 kematian. Case Fatality Rate virus Novel Corona ini adalah 3-10%.

Heny,PhD. menjelaskan tentang COVID-19 yaitu :

A. Penularan dan Gejala Klinis COVID-19

Infeksi menyebar dari satu orang ke orang lain melalui percikan (droplet) saat batuk atau bersin. Waktu dari paparan virus hingga timbulnya gejala klinis berkisar antara 1–14 hari dengan rata-rata 5 hari. Penderita COVID-19 dapat mengalami demam, batuk kering, dan kesulitan bernapas,  sakit tenggorokan, pilek, atau bersin-bersin. Pada penderita yang rentan, penyakit ini dapat berujung pada pneumonia dan kegagalan multiorgan.

B. Pencegahan COVID-19

Untuk pencegahan terinfeksi COVID-19, kita dapat melakukan beberapa hal berikut :

1. Berdiam diri di rumah. Pergi keluar rumah hanya untuk hal-hal yang  sangat penting misalnya membeli bahan kebutuhan pokok,

2. Membudayakan hidup bersih :

a. Badan (mencuci tangan dengan benar, menutup hidung dan mulut dengan masker jika ada gejala flu),

b. Lingkungan,

3. Menjaga jarak dari orang lain (Sosial Distancing dan Physical Distancing),

4. Tidak menyentuh wajah dengan tangan yang tidak bersih,

5. Mencari bantuan medis jika terasa gejala sesak nafas.

C. Pasien yang rentan terhadap COVID-19 yaitu :

1. Orang Usia Lanjut,

2. Orang dengan sistem imunitas rendah (Imunocompromise Person),

3. Orang yang mempunyai riwayat penyakit di paru (batuk, asma, bronkitis, pneumonia, dan lain-lain),

D. Deteksi COVID-19

1. Metode standar terbaik (Gold Standard Method) untuk penegakan diagnosis adalah uji RT-PCR (Reverse Transcription-Polimerase Chain Reaction). Merupakan metode untuk mendeteksi adanya virus penyebab COVID-19. Spesimen diperoleh dari usap nasofaring atau dahak pasien. Hasil dapat diperoleh dalam beberapa jam,

2. Pemeriksaan antibodi dari sampel serum darah dapat dilakukan dengan syarat infeksi telah menginduksi sistem imun adaptif.

E. Sistem imun yang terlibat pada eliminasi virus:

1. Sistem imun bawaan (innate immunity), yaitu sistem imun yang ada sejak lahir. Bekerja seketika sesaat adanya infeksi. Sistem imun yang berperan adalah sel epitelia sebagai barier fisik, Interferon (IFN): Interferon tipe I yaitu IFN-α dan IFN-β) dan Interferon tipe II yaitu IFN-γ, sel Natural killer,

2. Sistem imun adaptif (Adaptive immunity), yaitu sistem imun yang muncul ketika ada antigen spesifik yang berasal dari virus yang menginduksinya. Muncul 7-8 hari setelah infeksi. Sistem imun yang terlibat adalah sel B yang menghasilkan Immunoglobulin (Ig) atau antibodi dan sel T yaitu sel T sitotoksik dan Sel T helper.  Imunoglubulin yang dihasilkan oleh sel B yaitu IgG dan IgM digunakan sebagai deteksi cepat (rapid test) COVID-19

F. Badai sitokin dan kematian pasien tahap lanjut COVID-19

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kasus meninggalnya pasien COVID-19 tahap lanjut (severe) bukan disebabkan oleh virus nya melainkan disebabkan adanya satu fenomena yang disebut sebagai badai sitokin (Cytokines Storm Syndrome). Selama terjadi badai sitokin, terjadi respon imun yang sangat berlebihan. Hal ini menyebabkan terjadinya peradangan parah (hyperinflammation), yang memicu kegagalan fungsi paru (Acute Respiratory Distress Syndrome- ARDS) dan kegagalan multi organ. Pada studi yang lain dilaporkan adanya kerusakan gen setelah infeksi virus sehingga terjadi imun respon yang tidak terkontrol (pemicu penyakit autoimun).

G. Deteksi Badai Sitokin

Deteksi badai Sitokin dapat dilakukan dengan skrining pada kadar serum ferritin darah sebagai skrining pertama dan adanya peningkatan jumlah sitokin : interleukin (IL)-2, IL-7, IL-6, granulocyte colony stimulating factor, interferon-γ, monocyte chemoattractant protein 1, macrophage inflammatory protein 1-α, and tumour necrosis factor-α.

H. Obat Badai Sitokin

Obat yang dapat digunakan untuk mengatasi badai sitokin adalah obat-obat yang mempunyai target : interleukin-1 (IL-1), IL-6, IL-18, dan interferon-gamma; Kortikosteroid: obat untuk imunosupresan.  Oleh karena efek imusupresan nya sangat kuat, biasanya  tidak digunakan jika masih ada pilihan obat lain (IL-1 targeted dll).

I. Pengobatan untuk COVID-19

1. Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk mengobati  COVID-19,

2. Remdesivir menunjukkan aktivitas di dalam tabung reaksi (in vitro) terhadap virus SARS-2 telah digunakan untuk pengobatan pada pasien di China and USA,

3. Oseltamivir, lopinavir/ritonavir, ganciclovir, favipiravir,  baloxavir marboxil, umifenovir, interferon alfa, sedang dalam uji coba namun belum ada data klinis yang mendukung untuk digunakan pada manusia,

4. Chloroquine  dan Zinc menunjukkan aktivitas in vitro melawan virus SARS-2

J. Upaya

Upaya untuk meningkatkan imunitas dapat dilakukan dengan bahan-bahan alam, di antaranya adalah temulawak, kunyit, madu, habatussauda, madu, echinaceae, dan lain-lain.(hen/berbagai sumber)

 

redaksi

No comment

Leave a Response