Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) Dalam Meningkatkan Sistem Imun

 

Matamatanews.com, PURWOKERTO -Covid-19 hingga saat ini masih menjadi pandemi, apalagi munculnya mutasi virus yang menyebabkan munculnya varian-varian baru yang lebih cepat menular. Mutasi virus berlangsung terus menerus dan merupakan siklus alamiah. Tidak ada pandemi yang selesai dalam waktu singkat. Hingga kini, belum ada negara capaian pandeminya yang stabil, masih labil dan bisa berubah. 

"Belum saatnya mengendurkan protokol kesehatan. Program 3 M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak/menghindari kerumunan), 3 T (test, trace, treat), menjaga kebugaran tubuh, dan cakupan vaksinasi massal harus terus digenjot," ungkap Koordinator Sistem Informasi Unsoed Ir.Alief Einstein,M.Hum. usai pemaparan Dosen Fakultas Kedokteran Unsoed Dr.dr.Setiawati,M.Sc.

Menurut Dr.dr.Setiawati,M.Sc., pandemi Covid-19 telah berlangsung hampir 2 tahun dan belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Pandemi ini telah merenggut ribuan nyawa manusia di seluruh dunia. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa total kasus Covid-19 mencapai 433 juta per 26 Februari 2022 dengan jumlah kematian sebesar 5, 94 juta jiwa. Di Indonesia sendiri kasus Covid-19 tercatat 5,41 juta kasus dengan 147 ribu meninggal dunia. 

Covid-19 disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang merupakan kelompok coronavirus yang mengandung untai tunggal RNA. Virus ini sangat mudah menular dari manusia ke manusia melalui droplet pernapasan, bersin, bersentuhan dengan permukaan yang telah terpapar virus yang menyebabkan gangguan pernapasan yang parah. Kasus Covid-19 pertama kali muncul di kota Wuhan, China yang berasal dari kelelawar dan bermutasi dapat menginfeksi manusia. Gejala awal dari infeksi Covid-19 antara lain demam tinggi, batuk kering, sesak nafas, kehilangan penciuman serta gejala lain yang tidak khas.

Dr.dr.Setiawati,M.Sc. yang juga anggota Persatuan Dokter Umum Indonesia (PDUI) menjelaskan bahwa virus dapat masuk ke tubuh manusia kapan saja dan akan memicu sistem kekebalan tubuh kita bekerja. Akan tetapi lanjut Setiawati, virus dapat berubah seiring waktu dan dapat berulangkali mengalami mutasi yang semakin mempersulit pengobatan. 

Ada banyak varian virus Covid-19 yang dilaporkan diantaranya alfa, beta, delta, zeta, gamma, dan yang terbaru adalah omicron. Munculnya varian-varian baru ini semakin mempersulit pengobatan Covid-19. Beberapa obat antivirus spektrum luas seperti remdesivir, ritonavir, azitromisin, hidroksiklorokuin, dan obat lain seperti deksamethason dan terapi plasma yang dikombinasikan dengan berbagai obat lain atau herbal terbukti cukup efektif dalam mengurangi gejala yang ditimbulkan oleh virus corona. Akan tetapi hingga saat ini belum ada obat spesifik yang benar-benar bisa diandalkan untuk penyakit berbahaya ini. Satu-satunya jalan keluar untuk mencegah terinfeksi virus corona ini adalah dengan dilakukannya vaksinasi secara global dan memperkuat sistem imunitas (kekebalan) alami tubuh.

Setiawati yang juga Dosen Ahli Farmakologi dari Fakultas Kedokteran Unsoed ini mengatakan bahwa salah satu cara untuk memperkuat sistem imunitas tubuh adalah dengan mengkonsumsi tanaman obat yang sangat mudah didapatkan di sekitar kita. Tanaman obat tersebut lebih dikenal dengan tanaman obat keluarga (TOGA) diantaranya kunyit, temulawak, sambiloto, jahe, dan serai yang telah terbukti mengandung manfaat sebagai aniinflamasi, antioksidan dan imunomodulasi. 

Tanaman obat tersebut berfungsi dengan meningkatkan produksi protein yang disebut interferon dan antibodi untuk memicu respons imun terhadap virus sehingga bisa menghentikan infeksi virus. Masyarakat Indonesia telah berabad-abad menggunakan tanaman obat tersebut untuk menjaga kesehatan dan mengobati berbagai penyakit dan bisa dibuat dalam berbagai bentuk sediaan.

1.Kunyit

Kunyit (Curcuma longa) telah digunakan secara tradisional di negara-negara Asia sebagai obat atau suplemen karena berfungsi sebagai antioksidan, antiinflamasi, antikanker dan digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit seperti diabetes mellitus, penyakit kardiovaskuler, obesitas, radang usus, dan asma. Kunyit mengandung senyawa kurkuminoid yang dapat meningkatkan sistem imun tubuh. 

Kunyit jawa atau Curcuma xanthorrhiza Roxb (C. xanthorrhiza) merupakan tanaman herbal yang banyak digunakan di negara-negara Asia Tenggara. Tanaman ini termasuk dalam genus Zingiberaceae dan Curcuma. Kunyit Jawa berasal dari Indonesia dan telah tersebar dan tumbuh liar di Thailand, Filipina, Sri Lanka, dan Malaysia. Ini juga telah digunakan sebagai aditif makanan untuk meningkatkan rasa makanan. 

Selain itu, tanaman ini telah dimanfaatkan dalam dunia pengobatan untuk mengobati beberapa penyakit dan sebagai suplemen. Senyawa yang paling umum dalam kunyit jawa adalah xanthorrhizol. Studi tentang senyawa aktif xanthorrhizol menunjukkan bahwa senyawa ini dapat menurunkan gen inflamasi pada jaringan adiposa, hati, dan otot pada pasien diabetes mellitus. 

Penelitian ini menunjukkan bahwa pengobatan xanthorrhizol menghambat produksi sitokin inflamasi pada jaringan adiposa dan ekspresi tumor necrosis factor (TNF-α). 

"Penggunaan xanthorrhizol dapat menurunkan respons proinflamasi pada pasien Covid-19, akan tetapi penggunaan xanthorrhizol untuk pengobatan dan pencegahan Covid-19 masih membutuhkan evaluasi lebih lanjut, terutama dalam pengaturan uji klinis," kata Dr.dr.Setiawati,M.Sc. yang  berkesempatan mengikuti program Sandwidh di Universitas Poitier Perancis selama 5 bulan.

2. Jahe

Jahe (Zingiber officinalis) merupakan tanaman obat yang telah banyak digunakan untuk menyembuhkan batuk, pilek, mual, asma, mabuk perjalanan, morning sickness, radang sendi, dan keluhan saluran pencernaan. Jahe mengandung senyawa yang mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi sehingga dapat meningkatkan sistem imun tubuh. Jahe juga terbukti mempunyai aktivitas antiinflamasi, anti jamur dan anti kanker.

Cengkeh (Syzygium aromaticum) memiliki kandungan minyak atsiri yang mempunyai aktivitas sebagai antimikroba, antivirus, anti inflamasi, analgesik, antioksidan dan dapat menghambat terjadinya sindrom pernapasan akut yang diakibatkan oleh virus Covid-19. 

"Minyak atsiri cengkeh dapat dianggap sebagai kandidat paling ampuh untuk memerangi virus corona dan melindungi dari kematian mendadak yang terlihat pada beberapa pasien yang terinfeksi Coronavirus, akibat emboli yang terkait dengan pembentukan hiperkoagulasi, kata anggota Ikatan Ahli Farmakologi Indonesia (IKAFI) ini.

3. Sereh

Sereh (Cymbopogon nardus L) berasal dari Asia Tenggara terutama Sri Lanka akan tetapi dapat tumbuh subur di daerah tropis yang lembab, cukup sinar matahari dan memiliki curah hujan yang tinggi. Sereh telah digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati radang tenggorokan, radang usus, radang lambung, diare, penurun panas, anti infeksi, bahkan dapat mengurangi stress. 

Sereh mengandung banyak senyawa aktif diantaranya sitronelol dan geraniol yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan yang kuat. Untuk meningkatkan sistem imun tubuh, kunyit, jahe, cengkeh dan serai dapat digunakan secara tunggal ataupun dipadukan dengan bahan herbal lainnya.

Dr.dr.Setiawati,M.Sc. menambahkan bahwa beberapa tanaman obat tersebut mudah dijumpai di pasar maupun mudah ditanam di pekarangan rumah. Pemanfaatan TOGA ini menjadi salah satu alternatif penguatan ketahanan keluarga terutama di bidang kesehatan. 

"Peningkatan sistem imun tubuh di masa pandemi Covid-19 merupakan hal yang sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi oleh virus corona maupun kuman lainnya. Dengan sistem imun yang bagus, tubuh akan mampu membentuk sistem pertahanan tubuh dan melawan berbagai kuman yang masuk," katanya mengakhiri. (hen)

redaksi

No comment

Leave a Response