Puncak Pandemi COVID-19 Menurut Analisa Dosen Fakultas Kedokteran Unsoed

 

Matamatanews.com, PURWOKERTO -Puncak pandemi COVID-19 bergantung pada perubahan perilaku masyarakat. Apabila protokol kesehatan untuk pencegahan COVID-19 berjalan lambat, puncak pandemipun akan berjalan lambat. Di negara lain seperti Tiongkok, Italia, Selandia Baru, dan Singapura kurva corona sudah melewati puncak dan sudah melandai.

Menurut penuturan Dosen Fakultas Kedokteran Unsoed dr.Yudhi Wibowo,MPH,  pandemi COVID-19 sudah berlangsung hampir 10 bulan dan belum menunjukkan tanda-tanda kapan akan berakhir. Pertanyaan yang sering muncul adalah kapan sebenarnya puncak pandemi tersebut, khususnya di Kab. Banyumas?. Sementara di negara lain sudah siap-siap untuk menghadapi serangan gelombang ke-2 bahkan ke-3 pandemi COVID-19 ini. 

Ahli Epidemiologi Lapangan Unsoed ini memaparkan bahwa untuk dapat mengetahui kapan puncak pandemi COVID-19 ini, dapat dilihat dengan membuat grafik diagram batang yang dibuat berdasarkan data kasus baru COVID-19 harian. Lebih spesifik dapat dikaji melalui kurva epidemi. 

"Kurva epidemi adalah grafik yang menggambarkan jumlah kasus pandemi menurut tanggal onset penyakit (tanggal timbulnya gejala penyakit). Kurva epidemi sangat bermanfaat untuk mengetahui: pola penyebaran penyakitnya, besar masalah penyakit tersebut, outliers (kasus yang ganjil), tren waktu, penyebab dan atau periode inkubasi (periode dari infeksi sampai dengan timbul gejala)," terangnya.

 Dalam konteks COVID-19 ini lanjut dr.Yudhi, kurva epidemi merupakan tipe kurva epidemic propagated, khas untuk tipe kurva epidemi jika penyakit tersebut menular dari orang ke orang. Kurva ini dicirikan dengan adanya beberapa puncak (multi peak). Kendala dalam membuat kurva epidemi adalah adanya kesulitan menentukan tanggal timbulnya gejala (onset) dari setiap kasus karena kasus tersebut lupa atau kasus memang tanpa gejala (OTG). 

Lalu bagaimana kurva epidemi COVID-19 di Kab. Banyumas?. Dari kurva epidemi, bahwa Covid-19 di Kab. Banyumas terlihat sedang menuju puncak pandemi di akhir tahun 2020 bahkan kemungkinan berlanjut sampai awal tahun 2021. 

Menurutnya, secara teori atau akademisi, jika kurva epidemi masih menunjukkan ke arah puncak, seharusnya belum dibenarkan diterapkan langkah-langkah Adaptasi Tatanan Normal Baru (ATNB) atau the new normal. Jadi ATNB tersebut diterapkan jika puncak sudah menunjukkan penurunan minimal 2  minggu bahkan lebih baik lagi jika sudah menurun selama 4 minggu. 

"Artinya bahwa daerah tersebut masuk zona hijau baru bisa diterapkan ATNB. Akan tetapi karena pertimbangan ekonomi, sosial budaya, dan lain sebagainya, hal ini tidak dapat diterapkan secara ideal. Oleh karena itu, semua pihak harus disiplin menjalankan protokol kesehatan agar dapat memutus rantai penularan di masyarakat," ujarnya.

Sebagai kesimpulan bahwa pandemi COVID-19 di Kab. Banyumas sedang menuju puncaknya. Untuk dapat menurunkan puncak pandemi, sangat dibutuhkan kerjasama semua pihak termasuk masyarakat agar terus disiplin terhadap protokol kesehatan. Selalu ingat 3W (wajib memakai masker standart di dalam maupun di luar rumah, wajib menjaga jarak minimal 1,5 meter dan wajib mencuci tangan pakai sabun minimal 20 detik). Hindari 3K (hindari tempat tertutup/closed setting, keramaian dan kontak erat), dan perhatikan Ventilasi, Durasi dan Jarak jika di dalam ruangan. 

"Tanpa peran seluruh lapisan masyarakat, maka pandemi sulit terkendali dan akan berlangsung lebih lama. Masyarakat punya peran besar dalam rangka mempercepat pandemi Covid-19 ini segera berakhir," pungkasnya. (hen)

 

redaksi

No comment

Leave a Response