Untuk Mengakhiri Perselisihan Armenia Tawarkan Perdamaian Pada Azerbaijan

 

Matamatanews.com, AZERBAIJAN—Armenia telah menawarkan Azerbaijan sebuah proyek perjanjian perdamaian penuh untuk mengakhiri perselisihan yang telah berlangsung selama beberapa dekade atas wilayah Nagorno-Karabakh, kata Perdana Menteri Nikol Pashinyan.

Kedua negara bekas republik Soviet itu telah terkunci dalam keadaan konflik atas wilayah pegunungan, yang terletak di Azerbaijan tetapi sebagian besar penduduknya adalah orang Armenia.

Sebuah perjanjian akan menyediakan mekanisme pemantauan oleh kedua belah pihak untuk mencegah pelanggaran kesepakatan damai, kata Pashinyan seperti dilansir Al Jazeera.

Dia mengatakan dalam sebuah pertemuan kabinet pada hari Kamis (16/2/2023) bahwa Yerevan telah menyelesaikan "tahap lain dalam mengerjakan proyek perjanjian damai dan membangun hubungan [diplomatik]" dengan Baku.

"Sebuah proyek perjanjian komprehensif telah diserahkan kepada Azerbaijan," katanya.

"Dokumen tersebut harus dapat diterima oleh Azerbaijan ... penandatanganannya harus menghasilkan perdamaian yang langgeng."

Salinan dokumen tersebut telah dikirimkan kepada anggota Organisasi Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE), yaitu Rusia, Amerika Serikat, dan Prancis. Negara-negara ini adalah ketua bersama Kelompok Minsk yang dibentuk oleh OSCE pada tahun 1992 untuk mencari solusi damai bagi konflik etnis.

Kedua negara tetangga Kaukasus ini telah berperang dalam dua perang untuk memperebutkan daerah kantong berpenduduk Armenia di Azerbaijan yang telah merenggut puluhan ribu nyawa.

Pembicaraan damai yang dimediasi secara internasional antara kedua negara tidak membuahkan hasil.

Bulan lalu, Rusia menyalahkan Armenia atas gagalnya perundingan damai dengan Azerbaijan, yang merupakan pertanda terbaru dari perselisihan antara Moskow dan Yerevan terkait konflik tersebut.

Pengumuman hari Kamis itu muncul setelah Yerevan menuduh Baku melakukan "kebijakan pembersihan etnis" dan memaksa etnis Armenia meninggalkan wilayah yang memisahkan diri itu.

Sejak pertengahan Desember, sekelompok aktivis lingkungan Azerbaijan yang menamakan diri mereka aktivis lingkungan telah menutup satu-satunya jalan yang menghubungkan Karabakh dan Armenia untuk memprotes apa yang mereka katakan sebagai penambangan ilegal.

Menurut Yerevan, blokade tersebut telah menyebabkan "krisis kemanusiaan besar-besaran" di wilayah pegunungan yang mengalami kekurangan makanan, obat-obatan, dan bahan bakar.

Ketika Uni Soviet runtuh pada tahun 1991, separatis etnis Armenia di Karabakh memisahkan diri dari Azerbaijan. Sekitar 30.000 orang terbunuh dalam konflik tersebut.

Kekerasan yang kembali memanas pada 2020 menewaskan lebih dari 6.500 orang dan berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi Rusia yang membuat Armenia menyerahkan wilayah yang telah dikuasainya selama beberapa dekade.(cam)

redaksi

No comment

Leave a Response