Alumni ITB Menjalin Kerja Sama Dengan Diaspora Indonesia Untuk Membangun Bangsa.

 

Matamatanews.com , JAKARTA - Jaringan alumni Institut Teknologi Bandung dan Diaspora Indonesia tersebar diseluruh Indonesia dan dunia. Saya sebagai alumni ITB angkatan 75 punya kawan-kawan seangkatan yang masih aktif sekitar 900-an orang, belum lagi angkatan-angkatan sebelum dan setelah saya, kami semua boleh berbeda dalam pandangan politik, agama, suku dan golongan, tapi mereka semua cinta NKRI. Keluarga dan sahabat saya juga  alumni perguruan tinggi terbaik di NKRI dan dunia dengan bidang yang berbeda. Semuanya saya catat dalam bank data saya, sehingga saya tahu keahlian dan kemampuan semua orang-orang hebat tersebut, tutur Imbang Djaja.

Imbang yang juga seorang Pengamat Ekonomi Islam ini mengatakan, salah satu sahabat saya menjelaskan bahwa Warga Negara kita ini sebagian kecil super pintar, sebagian besar harus dibimbing dan dididik lagi, sebagian kecil lagi tanggung-tanggung. Kelompok tanggung ini yang selalu bikin masalah dimanapun.

Di negara lain yang sudah matang, kelompok super pintarnya duduk di kekuasaan, sedangkan di negara-negara yang berkembang dan terbelakang, orang-orang super pintarnya asyik memanfaatkan kepintarannya untuk kesenangan diri dan keluarganya, akibatnya negara dipegang kelompok yang tanggung, akhirnya negara jatuh terjerembab karena jabatan-jabatan vital dipegang orang yang bukan ahlinya, jelasnya lebih lanjut.

Saya sudah tidak tertarik lagi dengan hal-hal duniawi, semua sudah pernah saya nikmati dan hanya begitu-begitu saja, tidak lebih dari harta, tahta dan wanita. Di sisa umur ini saya lebih suka fokus dalam kegiatan spiritual. Tapi makin saya dalami masalah spiritual ini saya makin paham bahwa Para Nabi dan Rasul tempatnya di tengah masyarakat dan sama-sama membangun peradaban kelompok-kelompok di sekitarnya, bukan sembunyi di tempat-tempat yang sulit didatangi manusia atau tidak mau bergaul dengan orang-orang yang dianggap mengejar dunia. Justru para Nabi dan Rasul bertugas membenahi ahlak manusia, jadi mereka pro aktif mendatangi para pihak yang harus diperbaiki ahlaknya, papar Imbang.

Negara kita punya segalanya, mulai dari Sumber Daya Manusia (SDM) dengan berbagai macam keahlian dan kemampuan, Sumber Daya Alam (SDA) yang super kaya dan beragam, Sumber Dana yang melimpah dengan berbagai bentuk skema pendanaan, Sumber Daya Spiritual yang sangat dahsyat, Lokasi Geografi yang sangat strategis, berbagai Teknologi yang terbaik di dunia dan macam-macam kedahsyatan lainnya. Jika kondisi bangsa dan negara saat ini sebagian besar rapornya merah, bukan berarti kita tidak bisa memperbaikinya, tapi itu adalah indikasi ada yang salah dalam hal mengurus dan mengelola anugerah luar biasa yang Allah berikan pada kita, tegasnya.

Sebagai alumni ITB yang punya sahabat di seluruh dunia, saya paham berbagai perkembangan dunia dan apa yang akan dikerjakan oleh negara lain dimasa depan. Sahabat-sahabat saya punya keahlian dan kelompok eksklusif di masing-masing negara yang mereka tinggali. Jadi melalui mereka, saya paham bahwa untuk bidang-bidang tertentu, para ahlinya dari negara tertentu juga. Untungnya zaman sudah berubah, kalau dulu teknologi-teknologi khusus tidak bisa dikomersilkan, zaman sekarang justru hampir semua temuan teknologi tujuannya ubtuk komersil, jadi para penemu itu bersaing membuat super teknologi yang paling canggih, mudah diaplikasi dan murah harganya. Hasilnya adalah produk-produk unggulan yang harganya terjangkau oleh semua rakyat negara-negara maju tersebut, terangnya.

Menurut Imbang, keunggulan NKRI adalah berlimpahnya SDA yang notabene adalah ciptaan Allah SWT yang tidak bisa diciptakan oleh ahli sehebat apapun juga. Jadi teknologi manusia yang sebenarnya ilmunya dari Allah juga, hanya bisa dipakai jika ada bahan ciptaan Allah SWT. Berdasarkan itu semua saya paham bahwa jika NKRI dikelola dengan baik dan benar pasti menjadi negara terhebat di dunia.

Saya sudah paham dan sudah punya semua elemen untuk membenahi dan membangun NKRI, jadi insya Allah saya akan gunakan sisa umur ini untuk membantu bangsa dan negara dari luar kekuasaan. Saya tidak perlu masuk dalam rezim yang berkuasa karena diantara elemen yang saya punya semua pintu di kekuasaan bisa dibuka dengan mudah. Saya lebih suka menjalankan semuanya tanpa ada campur tangan pejabat yang belum tentu cocok dengan nilai-nilai idealisme yang saya miliki, jadi saya kerjakan saja semuanya dengan sahabat-sahabat saya yang sepemahaman. Saya akan mengerjakan semua bidang yang menjadi keahlian sahabat-sahabat saya dari seluruh dunia. Jadi saya tidak akan kerjakan yang tidak ada ahlinya, kata Imbang.

Salah satu sahabat saya punya dana pribadi yang jumlahnya cukup untuk menjadi dana pendamping dalam mendanai proyek apa saja yang dananya dari semua lembaga keuangan dunia dan dari sumber-sumber dana khusus yang saya punya aksesnya. Jadi dana bukan masalah, termasuk dana operasional dan dana untuk pengadaan fasilitas yang dibutuhkan. Sahabat-sahabat saya alumni ITB yang menjadi team inti punya kemampuan dan network luar biasa dahsyatnya. Saya bersyukur dulu sekolah di ITB, karena melalui jaringan alumni ITB saya yakin semua program yang sudah saya buat rencananya sejak tahun 1998 bisa direalisasikan sebelum saya menghadap sang Khalik. Wallahu a'lam bissawab, ucap Imbang menutup pembicaraan. (Javi) 

 

 

 

redaksi

No comment

Leave a Response