Gerakan Credit Union dan Pesan Kemanusiaan di Keling Kumang, Kalimantan Barat

 

Matamatanews.com, PURWOKERTO -Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsoed angkatan 1995 Suroto,SE. diundang dalam acara Pra-Rapat Anggota Tahunan (Pra-RAT) gerakan Koperasi CU Keling Kumang untuk area Kapuas Hulu yang dihadiri oleh 2.000-an orang pada Sabtu (14/1/2023) lalu. Pada acara tersebut Suroto diundang sebagai Ekonom dari Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis (AKSES). Di AKSES sendiri Suroto menjabat sebagai Ketua. 

"AKSES adalah sebuah organisasi think thank sosial ekonomi yang beranggotakan 376 orang dari seluruh Indonesia. Aktifitas AKSES di antaranya kaderisasi dan advokasi kebijakan serta regulasi dan pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat. Kantor AKSES di Jakarta," ujar Suroto kepada Ir.H.Alief Einstein,M.Hum. selaku Humas Pengurus Pusat Keluarga Alumni Unsoed (PP KAUnsoed) Sabtu (28/1/2023).

Kegiatan Pra-RAT ini menurut CEO Induk Koperasi Usaha Rakyat/INKUR, Jakarta, Suroto adalah agenda rutin keliling setiap tahun dari GCUKK (Gerakan Credit Union Keling Kumang) sebelum dilaksanakannya Rapat Anggota Tahunan (RAT) sebagai rapat besar  yang mewakili 64 Kantor cabang GCUKK. 

"Dilaporkan oleh Cheif Executive Officer (CEO) GCUKK Valentinus Vernant bahwa saat ini anggota GCUKK sudah mencapai 210.503 orang, 680 orang aktifis (staf) dengan total kekayaan yang berasal dari tabungan dan investasi anggota sebesar 1,9 trilyun rupiah," ujar Suroto.

Suroto yang juga Manajer Ritel Boersa Kampus, Purwokerto mengatakan bahwa melihat perkembangannya, GCUKK yang dimulai tahun 1992 dari aktifitas sederhana 26 orang dengan gerakan menabung di Koperasi Credit Union Keling Kumang di pedalaman Kampung Tapang  Sambas, Sekadau, Kalimantan Barat ini, sangat membanggakan. 

Dikatakan oleh CEO GCUKK bahwa saat ini gerakan ini juga telah sukses melakukan pemekaran (spin off) ke koperasi sektor riil yang tergabung dalam GCUKK. 

"Koperasi sektor riil itu berupa; Koperasi Konsumsi, Koperasi Jasa, Koperasi Pertanian, dan bahkan hingga dirikan Yayasan yang bergerak di bidang pendidikan dan penyelamatan lingkungan," tambah Suroto.

"Koperasi Konsumsi telah mereka kembangkan unit minimarket dan agen distributor, dan cafe. Koperasi Jasanya telah  kembangkan usaha perhotelan, lembaga kursus, bengkel, dan lain-lain. Koperasi Pertaniannya sukses kembangkan usaha penjualan sarana produksi pertanian, kembangkan peternakan ayam, produksi pakan, konsolidasi penjualan hasil-hasil pertanian dan lainnya. Sementara Yayasannya telah berhasil kembangkan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Kampus Institut Teknologi Keling Kumang (ITTK), dan usaha Agrowisata di Tapang Sambas dan Bukit Kelam, Sintang. Semuanya menunjukkan kesuksesan yang membanggakan," ungkap Suroto.

Selanjutnya Suroto mengatakan bahwa Robby Tulus, pendiri dan penasehat Induk Koperasi Usaha Rakyat (INKUR), federasi nasional dari koperasi koperasi sektor riil hasil pemekaran Credit Union juga hadir secara online dari Ottawa, Canada. 

Dikatakanya bahwa GCUKK dan gerakan pemekaran ke koperasi sektor riil diharapkan dapat menjadi barometer kesuksesan bagi pengembangan gerakan CU di Indonesia. 

Suroto menambahkan dirinya tertarik, menyimak apa yang disampaikan Munaldus Nerang, pendiri sekaligus penasehat GCUKK dalam presentasinya, dengan menyodorkan foto rumah warga yang sangat buruk kondisinya.  

Dikatakan bahwa seluruh aktifis Keling Kumang semestinya bukan memberi perhatikan kepada anggotanya yang sudah baik kondisi sosial ekonominya, namun semestinya mendatangi mereka yang belum beruntung dengan menanyakan masalah yang mereka hadapi dan memberikan bimbingan serta solusi bagi hidup mereka. Sebab Credit Union dan koperasi itu semestinya memang hadir untuk mereka. 

Suroto teringat pada satu tokoh perempuan koperasi dari Jawa Timur, almarhum Zaafril Ilyas, mantan Asisten Pribadi Presiden Soekarno dan murid Syahrir waktu dulu. 

Pada waktu Suroto ketemu langsung dengan beliau dan dikatakannya bahwa seharusnya pengurus dan staf koperasi itu tidak sibuk mengejar orang-orang yang sudah kaya. Semestinya datangi mereka yang masih menderita dan tinggal di pinggir rel kereta dan kolong-kolong jembatan. 

Suroto mengandai, alangkah luar biasanya jika rakyat seluruh Indonesia mampu mengembangkan gerakan koperasi semacam ini di semua wilayah Indonesia. Masalah yang kita hadapi seperti kemiskinan, pengangguran akan mudah terselesaikan. Investasi korporasi kapitalis yang merusak lingkungan dan tak berakar di masyarakat juga terenyahkan. Gerakan menabungnya juga tentu akan mengenyahkan investasi asing yang banyak merugikan rakyat dan lingkungan. (Hen)

redaksi

No comment

Leave a Response